Senin, 25 Oktober 2010

Unsur - unsur pada sebuah kalimat

Unsur-unsur Kalimat

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut.
Anak kecil itu // pandai sekali.


Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.
Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya
Cara mengikuti subject

Suatu kalimat yang baik memang harus mengandung unsur-unsur yang lengkap. Dalam hal ini, kelengkapan unsur kalimat itu sekurang-kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu subjek dan predikat. Jika predikat kalimat itu berupa kata kerja transitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur lain, yakni keterangan, kehadirannya bersifat sekunder atau tidak terlalu dipentingkan. Perhatikan contoh berikut.
(1) Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat Subjek Keterangan (2) Bagi para siswa yang akan mengikuti ujian Keterangan harus melunasi uang SPP lebih dahulu Predikat Objek
Secara sekilas, kedua kalimat itu tidak menyiratkan adanya kekurangan. Namun, jika diperhatikan secara cermat, tampaklah bahwa dalam kalimat (1) tidak terdapat unsur predikat , sedangkan pada kalimat (2) tidak terdapat subjek. Kelompok kata pembangunan itu pada kalimat (1) merupakan subjek, dan sisanya merupakan keterangan, sedangkan pada kalimat (2) kelompok kata bagi para siswa yang akan mengikuti ujian merupakan keterangan dan bagian lainnya berupa predikat dan objek. Berdasarkan unsur-unsurnya, kalimat (1) berpola S-Ket., sedangkan kalimat (2) tidak adanya unsur subjek. Agar kalimat diatas menjadi lengkap, kalimat (1) dapat kita tambah dengan unsur predikat, misalnya bertujuan, sehingga kalimat (1) itu menjadi Pembangunan itu bertujuan (untuk) menyejahterakan masyarakat. Pada kalimat (2), unsur kegiatan, yaitu bagi para siswa yang akan mengikuti ujian, sebenarnya dapat diubah menjadi subjek dengan cara menghilangkan kata bagi. Dengan cara itu, kalimat (2) di atas dapat diperbaiki menjadi Para siswa yang akan mengikuti ujian harus melunasi uang SPP lebih dahulu.
Berdasarkan perbaikan di atas, kalimat perbaikan (1) dan (2) dibagi atas unsur-unsurnya sebagai berikut.
(1a) Pembangunan itu menyejahterakan masyarakat Subjek Predikat Objek (1b) Pembangunan itu bertujuan (untuk) menyejahterakan masyarakat Subjek Predikat Objek (2) Para siswa yang akan mengikuti ujian Subjek harus melunasi uang SPP lebih dahulu Predikat Objek
Dengan demikian, pola kalimat perbaikan (1b) adalah S-P-O.; (1b) adalah S-P-Pel., sedangkan pola kalimat perbaikan (2) adalah S-P-O.

Referensi : http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2/Kalimat

0 komentar:

Posting Komentar